PERMASALAHAN
1. Besarnya sampah organik ( sayuran dan buah) di pasar (induk) menjadi penyebab bau dan buruknya sanitasi akibat material mudah busuk (perishable)
2. Mahal dan terbatasnya lahan di area komersial pasar menuntut teknik pengecilan volume agar menurunkan biaya pembuangannya ke TPA
3. Menurunnya kualitas/ kesuburan lahan pertanian ( C organik< 2 %) memerlukan pengembalian limbah organik yang terbawa ke pusat2 konsumsi di perkotaan.
SOLUSI
1. Rangkaian mesin pencacah dan pengepres air (dewatering) sampah organik pasar yang dapat dibayar dari selisih biaya buang sebelum dan sesudah adanya fasilitas pengecilan volume sampah
2. Pemilahan truk angkutan, khusus bagi organik ( sayur dan buah) diantar ke lokasi pertanian untuk dijadikan kompos, sementara an organik ke lokasi lain (TPA)
Kapasitas
reduksi Mesin Pencacah dan Press Air MPD 40 T sampah organik di pasar hingga 50 %, berarti dari semula 40 ton/ hari menjadi
20 ton. Dengan reduksi volume sampah itu, biaya buang ke TPA dari semula 6 truk
menjadi 3 truk, akan ada penghematan setara Rp 3 juta/ hari ~ Rp 90 juta/ bulan.
TANPA
BIAYA BARU, penimbul sampah organik, misalnya skala 40 ton/ hari (
pasar sayur, pasar induk), dapat membeli MESIN PENCACAH
DAN DEWATERING
MANFAAT
1. Penimbul sampah, dengan melakukan pengumpulan jenis sampah secara homogen/ lokasi los pasar, telah ikut mengatasi masalah sampah
2. Memiliki investasi MESIN PENCACAH DAN DEWATERING dari penghematan biaya buang ke TPA
3. Memiliki sampah organik (homongen) sudah tercacah sebagai bahan dalam pembuatan kompos sehingga bisa dibuang ke luar TPA, yakni kebun2 pertanian/ perkebunan
Sampah organik hasil dewatering/ pencacahan akan dijadikan kompos dengan asistensi PT CIPTA VISI SINAR KENCANA ( CVSK) di lokasi2 yang dikuasai lembaga
pengajaran (pesantren), selanjutnya dijadikan media tanam ketela bagi
program pengadaan tepung modifikasi cassava, dengan cara bagi
hasil ( Mudharabbah)
1. Bahan kompos dari organik pasar induk menjadi media tanam pertanian singkong/ ketela di lahan-lahan kebun milik atau dikuasai lembaga pendidikan/ pesantren
2. Pemeliharaan sederhana budidaya ketela dapat dilakukan pelajar/ santri dengan membagi jumlah populasi tanaman dibagi jumlah santri
3. Hasil akhir usaha bersama budidaya ketela adalah produk, yang dapat dipasarkan ( marketable) tepung mocaf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar